G. MANGLAYANG VIA BARUBEREUM
KARAKTER G. MANGLAYANG
G. Manglayang 1810mdpl dengan rentang 4km
membentang dari Jatinangor hingga Kabupaten Bandung, dengan vegetasi
berupa pohon cemara, pinus, beringin, cangkring, bambu, dan semak,
juga salak liar, bahkan dikabarkan di salah satu blog terdapat juga
bunga Edelweis (yang semoga tetap abadi berada di tempatnya).
Memiliki kekayaan hewani berupa Elang, burung pelatuk, babi hutan,
musang, dan aneka satwa lain. Gunung ini bisa di tempuh melalui
beberapa jalur diantaranya Palintang (Ujungberung), Batukuda
(Cileunyi), dan Barubereum (Jatinangor), sebagian besar jalur adalah
tanjakan curam 45-70 derajat. Pada jalur Barubereum memiliki
fasilitas berupa lahan parkir, warung, toilet, camping ground.
Minggu, 13 Oktober 2013 saya
memaksakan diri untuk pergi hiking sendiri, dikarenakan rencana untuk
hiking malam minggu 12 Oktober terpaksa dibatalkan karena
ketidaksiapan dua anggota lainnya, bahkan dua orang berikutnya yang
saya ajak pun mengurungkan niatnya karena alasan yang sama.
KONDISI JALAN BARUBEREUM
Meluncur dari Gedebage, Bandung dengan
Thunder 125 pukul 07.15 sampai di Jatinangor pukul 07.40 kemudian
langsung menuju ke arah Kiarapayung di belakang kampus Unpad, namun
kemacetan cukup panjang dari Unpad sampai hampir 2km dikarenakan
adanya pasar minggu di sisi jalan, setelah melewati pasar minggu
perjalanan menuju desa Barubereum masih cukup jauh jika harus
berjalan, untungnya partner sejati dapat diandalkan melibas tanjakan
walau sudah sering kali babak belur terbanting di jalanan maupun
medan off road sejak dulu. Melintasi desa Salacau, saya bertanya pada
warga dimana posisi desa barubereum dan ternyata sudah dekat, namun
medan semakin menantang, jalan off road selebar 2,5m dengan kontur
batuan tercecer dan tanjakan cukup membuat tangan pegal karena harus
terus menerus mengendalikan setang motor yang cukup berat.
Akhirnya pukul 08.30 sampai di warung
abah, motor saya parkir dan langsung sarapan surabi dingin. Disana
saya bertemu dengan beberapa siswa dari SMK cimahi yang tampaknya
sudah menginap dari hari sabtu dan ada juga dari kelas XI RPL 1 SMK 4
Bandung berjumlah 19 orang dengan 4 perempuan diantaranya yang hendak
berangkat ke puncak juga, saya memutuskan untuk ikut rombongan
mereka.
CI BATUR
Perjalanan diawali dengan melintasi
sungai kecil (Ci batur ?), alih-alih bertanya pada emak dan abah di
warung yang jelas lebih tahu jalur ke puncak, saya malah berrtanya
pada para pendaki yang sedang sarapan di kemahnya, disinilah awal
dari kesalahan penjelajahan ini, mereka mengatakan kami untuk terus
menelusuri jalur sampai kebun jeruk kemudian berbelok kiri,
dikarenakan tidak seorangpun dari kami pernah melalui jalur
barubereum, hal ini membuat saya bingung, kami terpaksa mencoba arah
tadi.
KARAKTER G. MANGLAYANG
Dengan formasi laki-laki di depan,
perempuan di tengah, dan beberapa di belakang termasuk saya. Tak
terasa 1 jam berlalu dan kami tidak menjumpai kebun jeruk sama
sekali, anehnya kami terus berjalan ke arah barat, yang seharusnya
jalur puncak mengarah ke utara atau setidaknya barat laut 330
derajat, malah kami terus masuk ke dalam hutan semak berduri,
parahnya posisi kami mendaki lereng dengan kemiringan 60 derajat
dengan kontur tanah yang mudah amblas, sambil berpegangan pada
batang-batang pohon saya melihat teamwork yang luar biasa dari
mereka, terus memberikan support fisik & mental satu sama lain
walau salah satu rekan yaitu Reza mengalami cedera di pangkal kaki
nya, dan Wildan tampak mulai kelelahan, posisi saya yang paling
belakang ibarat sweeper dalam touring bermotor, maka saya harus
memastikan tidak ada yang tertinggal, walau saya hanya bisa membantu
sedikit.
Dua jam berlalu, kami menerima kabar
dari rekan terdepan bahwa jalur benar-benar tidak tampak, sebagian
besar pun harus menunggu sementara beberapa diantaranya memeriksa
jalur di arah barat dan utara, kabar pertama datang dari utara tampak
jalur dengan pembatas kayu dan semak yang sangat rapat sehingga harus
merunduk melewatinya, Alhamdulillah ada kabar dari barat yang
berhasil menemukan jalur yang sangat jelas dan mengabarkan kalau
pendaki lain baru 20 menit mendaki melalui jalur yang jelas tadi,
sontak hal ini membuat kami kaget.
KARAKTER MEDAN BARUBEREUM
Pendakian kembali dimulai dan tampak
sebagian besar masih semangat, walau baru saja mengalami masa
kontroversi jalur (?), tapi sayangnya jalur 70 derajat ini
benar-benar sulit, kami harus berulang kali berhenti mengatur nafas,
untungnya cuaca sangat sejuk bahkan ipeh (maaf, saya kurang tahu nama
aslinya ^^v ) sempat tertidur, disini terpaksa Reza harus turun
dikarenakan bertambahnya rasa sakit akibat cederanya. Perjalanan
dilanjutkan dengan 16 orang, dan kami pun sempat bertemu sekelompok
siswi dari SMANJA (Jatinangor) mungkin 30 orang yang sedang turun.
KARAKTER PUNCAK BAYANGAN
Setelah melewati tanjakan bertubi-tubi
dan istirahat berkali-kali kami tiba di puncak bayangan pukul 12.30,
diperkirakan berada pada 1700mdpl, luas 3mx7m, view 270 derajat dari
utara-barat (hanya terhalang puncak utama) suhu 28 derajat, kecepatan
angin 3km/jam (CMIIW) ditambah bonus sinyal 3G di HP kami. Sayangnya
sampah tercecer di semua arah mata memandang. Di puncak bayangan ini
kami sempatkan istirahat 30 menit sambil saling bertukar makanan,
sebagian yang lain berfoto dengan latar belakan kota jatinangor dan
Bandung yang tertutup awan tipis. Saya menemukan jalur yang samar di
arah barat, jika benar kemungkinan ini adalah jalur menuju batukuda
yang terkenal berupa sisi-sisi jurang dalam dan berbahaya.
Puas berfoto kami pun memutuskan untuk langsung turun tanpa mengunjungi puncak utama dikarenakan Reza dan 2 rekan lainnya sudah menunggu dibawah. Diperjalanan turun salah satu rekan sempat terluka jari kakinya dan segera mendapat perawatan pertama, perjalanan turun pun bukan hal mudah, sebagian rekan terpaksa harus turun sembari duduk terlebih di jalur paling bawah dimana tidak ada lagi akar untuk pijakan, yang ada hanya tanah yang telah dipadatkan namun minim pijakan, 2 jam berlalu dan langsung disambut aliran air sungai yang menyegarkan, kami menyempatkan bersantai di batu-batu besar di sekitarnya sambil menunggu Wildan dan beberapa lainnya yang masih tertinggal, walau kemudian turun hujan kecil. Tampak siswi-siswi dari SMANJA berlarian turun sambil membawa perlengkapan kemah nya menghindari hujan.
Dari pengamatan pribadi saya hari minggu cukup ramai, kurang lebih total ada 80 pendaki dalam kelompok besar maupun kecil yang saya jumpai
Puas berfoto kami pun memutuskan untuk langsung turun tanpa mengunjungi puncak utama dikarenakan Reza dan 2 rekan lainnya sudah menunggu dibawah. Diperjalanan turun salah satu rekan sempat terluka jari kakinya dan segera mendapat perawatan pertama, perjalanan turun pun bukan hal mudah, sebagian rekan terpaksa harus turun sembari duduk terlebih di jalur paling bawah dimana tidak ada lagi akar untuk pijakan, yang ada hanya tanah yang telah dipadatkan namun minim pijakan, 2 jam berlalu dan langsung disambut aliran air sungai yang menyegarkan, kami menyempatkan bersantai di batu-batu besar di sekitarnya sambil menunggu Wildan dan beberapa lainnya yang masih tertinggal, walau kemudian turun hujan kecil. Tampak siswi-siswi dari SMANJA berlarian turun sambil membawa perlengkapan kemah nya menghindari hujan.
Dari pengamatan pribadi saya hari minggu cukup ramai, kurang lebih total ada 80 pendaki dalam kelompok besar maupun kecil yang saya jumpai
WARUNG ABAH
Yang paling menarik ketika kami
bersistirahat di warung abah, kami menjumpai keripik setan (keripik
singkong pedas) yang memiliki cita rasa tradisional, berminyak,
gurih, dan pedas yang berasal dari cabe kering, harganya pun sangat
terjangkau.
Jam 4 sore tiba waktunya untuk pulang,
sialnya motor yang ditumpangi Wildan dan Sandi mengalami ban bocor,
dan harus didorong 1km menuju bengkel di desa Salacau di bawah,
lagi-lagi team work diuji disini. Sampai pukul 5 sore baru selesai
kami pun meluncur turun menuju “alamnya “ masing-masing.
Dan terimakasih banyak pada
rekan-rekan RPL-1 atas perjalanannya yang banyol :D
TIPS MENDAKI
Pesan
pribadi saya untuk rekan-rekan pendaki semua ada cara mudah dalam
melatih kesiapan diri dalam mendaki, diantaranya sering-seringlah
berjalan kaki minimal 2km per hari agar kaki kuat, dan banyaklah
berpuasa untuk melatih kekuatan tubuh yang dalam kondisi lemas,
disamping itu berpuasa baik untuk melatih emosi dan mental untuk
tidak mudah menyerah. Rencanakan pendakian dengan matang baik segi
peralatan pribadi, logistik, obat, maupun informasi medan. Terakhir
dan yang paling penting buanglah sampah pada tempatnya.
Take nothing but picture
Leave nothing but footprint
Kill nothing but time
Jangan ambil apapun kecuali foto
Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki
Jangan ambil apapun kecuali foto
Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki
Jangan bunuh apapun kecuali waktu