Senin, 14 Oktober 2013

G. MANGLAYANG VIA BARUBEREUM

G. MANGLAYANG VIA BARUBEREUM

KARAKTER G. MANGLAYANG


G. Manglayang 1810mdpl dengan rentang 4km membentang dari Jatinangor hingga Kabupaten Bandung, dengan vegetasi berupa pohon cemara, pinus, beringin, cangkring, bambu, dan semak, juga salak liar, bahkan dikabarkan di salah satu blog terdapat juga bunga Edelweis (yang semoga tetap abadi berada di tempatnya). Memiliki kekayaan hewani berupa Elang, burung pelatuk, babi hutan, musang, dan aneka satwa lain. Gunung ini bisa di tempuh melalui beberapa jalur diantaranya Palintang (Ujungberung), Batukuda (Cileunyi), dan Barubereum (Jatinangor), sebagian besar jalur adalah tanjakan curam 45-70 derajat. Pada jalur Barubereum memiliki fasilitas berupa lahan parkir, warung, toilet, camping ground.

Minggu, 13 Oktober 2013 saya memaksakan diri untuk pergi hiking sendiri, dikarenakan rencana untuk hiking malam minggu 12 Oktober terpaksa dibatalkan karena ketidaksiapan dua anggota lainnya, bahkan dua orang berikutnya yang saya ajak pun mengurungkan niatnya karena alasan yang sama.

KONDISI JALAN BARUBEREUM


Meluncur dari Gedebage, Bandung dengan Thunder 125 pukul 07.15 sampai di Jatinangor pukul 07.40 kemudian langsung menuju ke arah Kiarapayung di belakang kampus Unpad, namun kemacetan cukup panjang dari Unpad sampai hampir 2km dikarenakan adanya pasar minggu di sisi jalan, setelah melewati pasar minggu perjalanan menuju desa Barubereum masih cukup jauh jika harus berjalan, untungnya partner sejati dapat diandalkan melibas tanjakan walau sudah sering kali babak belur terbanting di jalanan maupun medan off road sejak dulu. Melintasi desa Salacau, saya bertanya pada warga dimana posisi desa barubereum dan ternyata sudah dekat, namun medan semakin menantang, jalan off road selebar 2,5m dengan kontur batuan tercecer dan tanjakan cukup membuat tangan pegal karena harus terus menerus mengendalikan setang motor yang cukup berat.
Akhirnya pukul 08.30 sampai di warung abah, motor saya parkir dan langsung sarapan surabi dingin. Disana saya bertemu dengan beberapa siswa dari SMK cimahi yang tampaknya sudah menginap dari hari sabtu dan ada juga dari kelas XI RPL 1 SMK 4 Bandung berjumlah 19 orang dengan 4 perempuan diantaranya yang hendak berangkat ke puncak juga, saya memutuskan untuk ikut rombongan mereka.


CI BATUR

Perjalanan diawali dengan melintasi sungai kecil (Ci batur ?), alih-alih bertanya pada emak dan abah di warung yang jelas lebih tahu jalur ke puncak, saya malah berrtanya pada para pendaki yang sedang sarapan di kemahnya, disinilah awal dari kesalahan penjelajahan ini, mereka mengatakan kami untuk terus menelusuri jalur sampai kebun jeruk kemudian berbelok kiri, dikarenakan tidak seorangpun dari kami pernah melalui jalur barubereum, hal ini membuat saya bingung, kami terpaksa mencoba arah tadi.

KARAKTER G. MANGLAYANG

Dengan formasi laki-laki di depan, perempuan di tengah, dan beberapa di belakang termasuk saya. Tak terasa 1 jam berlalu dan kami tidak menjumpai kebun jeruk sama sekali, anehnya kami terus berjalan ke arah barat, yang seharusnya jalur puncak mengarah ke utara atau setidaknya barat laut 330 derajat, malah kami terus masuk ke dalam hutan semak berduri, parahnya posisi kami mendaki lereng dengan kemiringan 60 derajat dengan kontur tanah yang mudah amblas, sambil berpegangan pada batang-batang pohon saya melihat teamwork yang luar biasa dari mereka, terus memberikan support fisik & mental satu sama lain walau salah satu rekan yaitu Reza mengalami cedera di pangkal kaki nya, dan Wildan tampak mulai kelelahan, posisi saya yang paling belakang ibarat sweeper dalam touring bermotor, maka saya harus memastikan tidak ada yang tertinggal, walau saya hanya bisa membantu sedikit.

Dua jam berlalu, kami menerima kabar dari rekan terdepan bahwa jalur benar-benar tidak tampak, sebagian besar pun harus menunggu sementara beberapa diantaranya memeriksa jalur di arah barat dan utara, kabar pertama datang dari utara tampak jalur dengan pembatas kayu dan semak yang sangat rapat sehingga harus merunduk melewatinya, Alhamdulillah ada kabar dari barat yang berhasil menemukan jalur yang sangat jelas dan mengabarkan kalau pendaki lain baru 20 menit mendaki melalui jalur yang jelas tadi, sontak hal ini membuat kami kaget.

KARAKTER MEDAN BARUBEREUM

Pendakian kembali dimulai dan tampak sebagian besar masih semangat, walau baru saja mengalami masa kontroversi jalur (?), tapi sayangnya jalur 70 derajat ini benar-benar sulit, kami harus berulang kali berhenti mengatur nafas, untungnya cuaca sangat sejuk bahkan ipeh (maaf, saya kurang tahu nama aslinya ^^v ) sempat tertidur, disini terpaksa Reza harus turun dikarenakan bertambahnya rasa sakit akibat cederanya. Perjalanan dilanjutkan dengan 16 orang, dan kami pun sempat bertemu sekelompok siswi dari SMANJA (Jatinangor) mungkin 30 orang yang sedang turun.

KARAKTER PUNCAK BAYANGAN

Setelah melewati tanjakan bertubi-tubi dan istirahat berkali-kali kami tiba di puncak bayangan pukul 12.30, diperkirakan berada pada 1700mdpl, luas 3mx7m, view 270 derajat dari utara-barat (hanya terhalang puncak utama) suhu 28 derajat, kecepatan angin 3km/jam (CMIIW) ditambah bonus sinyal 3G di HP kami. Sayangnya sampah tercecer di semua arah mata memandang. Di puncak bayangan ini kami sempatkan istirahat 30 menit sambil saling bertukar makanan, sebagian yang lain berfoto dengan latar belakan kota jatinangor dan Bandung yang tertutup awan tipis. Saya menemukan jalur yang samar di arah barat, jika benar kemungkinan ini adalah jalur menuju batukuda yang terkenal berupa sisi-sisi jurang dalam dan berbahaya.

Puas berfoto kami pun memutuskan untuk langsung turun tanpa mengunjungi puncak utama dikarenakan Reza dan 2 rekan lainnya sudah menunggu dibawah. Diperjalanan turun salah satu rekan sempat terluka jari kakinya dan segera mendapat perawatan pertama, perjalanan turun pun bukan hal mudah, sebagian rekan terpaksa harus turun sembari duduk terlebih di jalur paling bawah dimana tidak ada lagi akar untuk pijakan, yang ada hanya tanah yang telah dipadatkan namun minim pijakan, 2 jam berlalu dan langsung disambut aliran air sungai yang menyegarkan, kami menyempatkan bersantai di batu-batu besar di sekitarnya sambil menunggu Wildan dan beberapa lainnya yang masih tertinggal, walau kemudian turun hujan kecil. Tampak siswi-siswi dari SMANJA berlarian turun sambil membawa perlengkapan kemah nya menghindari hujan.

Dari pengamatan pribadi saya hari minggu cukup ramai, kurang lebih total ada 80 pendaki dalam kelompok besar maupun kecil yang saya jumpai

WARUNG ABAH

Yang paling menarik ketika kami bersistirahat di warung abah, kami menjumpai keripik setan (keripik singkong pedas) yang memiliki cita rasa tradisional, berminyak, gurih, dan pedas yang berasal dari cabe kering, harganya pun sangat terjangkau.

Jam 4 sore tiba waktunya untuk pulang, sialnya motor yang ditumpangi Wildan dan Sandi mengalami ban bocor, dan harus didorong 1km menuju bengkel di desa Salacau di bawah, lagi-lagi team work diuji disini. Sampai pukul 5 sore baru selesai kami pun meluncur turun menuju “alamnya “ masing-masing.

Dan terimakasih banyak pada rekan-rekan RPL-1 atas perjalanannya yang banyol :D

TIPS MENDAKI

Pesan pribadi saya untuk rekan-rekan pendaki semua ada cara mudah dalam melatih kesiapan diri dalam mendaki, diantaranya sering-seringlah berjalan kaki minimal 2km per hari agar kaki kuat, dan banyaklah berpuasa untuk melatih kekuatan tubuh yang dalam kondisi lemas, disamping itu berpuasa baik untuk melatih emosi dan mental untuk tidak mudah menyerah. Rencanakan pendakian dengan matang baik segi peralatan pribadi, logistik, obat, maupun informasi medan. Terakhir dan yang paling penting buanglah sampah pada tempatnya.

Take nothing but picture
Leave nothing but footprint
Kill nothing but time

Jangan ambil apapun kecuali foto
Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki
Jangan bunuh apapun kecuali waktu